Pages

Blogroll

About

Blogger templates

Blogger news

Jumat, 28 Desember 2012

I LOVE SOCIOLOGY












 
 
 
 
 
 
SOSIOLOGI.....

adalah mata pelajaran yang sangat saya gemari sewaktu di SMA,
menurut saya, mempelajari ilmu sosial yang satu ini membuat saya ingin terus belajar dan belajar...
tidak seperti mata pelajaran lain yang kurang membuat saya semangat, 
bahkan ketika jam istirahat pun saya tidak sabar untuk segera memulai pelajaran tercinta ini...
banyak faktor yang membuat saya mencintai Sosiologi...mau tahu?


1. mata pelajarannya mudah difahami dan dipelajari
2. saya suka metode belajar hafalan dan pemahaman
3. karena bisa menikmati, banyak ilmu yang bisa saya dapatkan
4. sosiologi mempelajari yang senyatanya, bukan yang seharusnya, sehingga mudah untuk menemukan berbagai praktik sosiologi dalam kehidupan sehari-hari
5. Gurunya ASIK! seasik PELAJARANNYA :D
bahkan apabila guru pengampunya tidak se-asik guru biasanyapun saya tetap semangat! :)


dan Sosiologi inilah yang membawa saya ke bangku kuliah hingga saat ini, keberhasilan saya untuk bisa duduk di bangku kuliah Universitas ternama di Yogyakarta ini adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi saya...ayah dan ibu bangga saat saya dinyatakan diterima di jurusan tersebut...
mendaftar SNMPTN undangan dengan 2 pilihan Universitas, dan saya mengisinya dengan jurusan Sosiologi untuk keduanya...Alhamdulillah, hasilnya saya diterima melalui jalur masuk tersebut dengan lancar..."Selamat, Anda Lulus Seleksi SNMPT Undangan 2011" itu kalimat yang sampai sekarang selalu saya ingat dan yang selalu memotivasi saya untuk terus belajar dan belajar...
walau  banyak tantangan yang saya hadapi disini, beberapa kegagalan yang saya temui, namun tidak mematahkan semangat saya untuk bisa mencapai impian dan cita-cita saya...

saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, Tuhan telah mengabulkan do'a saya, Dia meridhai apa yang saya dan orang tua saya inginkan...semoga Sosiologi mampu mengantarkan saya ke gerbang kesuksesan... Aamiin Ya Rabbal Alamiin...

oke bloggers...itulah alasan saya mengapa tertarik di Sosiologi...apabila kita bersungguh-sungguh, pasti selalu ada jalan yang menuntunmu pada impian besarmu itu...apapun rintangannya, jangan pernah menyerah! Man Jadda Wa Jadda guys! :)


WE ARE FIGHTING!! GOODLUCK!!!
SPIRIT SOSIOLOGI! I LOVE SOCIOLOGY!! :D



Senin, 24 Desember 2012

deviasi sosial

selamat malam bloggers... kali ini saya akan memberikan sebuah kasus yang terkait dengan deviasi sosial...

apa itu deviasi sosial? deviasi sosial adalah bentuk perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat, bisa juga disebut dengan penyimpangan sosial..

berikut ini adalah contoh kasus deviasi sosial yang dilakukan oleh kepala daerah di Garut...





Jakarta - Pengakuan seorang perempuan bernama Fany Oktora (18) sempat menggegerkan publik atas pernikahan siri dengan orang nomor satu di Kabupaten Garut yakni Bupati Garut Aceng HM Fikri.

Pernikahan siri Fany Oktora dengan Aceng Fikri hanya bertahan selama empat hari sejak 14-18 Juli 2012. Pernikahan itu terhitung singkat, apalagi yang melakukan pernikahan ini adalah seorang pejabat daerah yang seharusnya menjadi contoh dan teladan yang baik.

Selain itu, cara perceraian yang ditempuh oleh Aceng membuat publik geram, hanya disampaikan melalu pesan singkat atau SMS kepada pihak keluarga Fany.

Awalnya tak ada yang mengetahui tentang pernikahan siri ini karena Fany baru membukanya ke publik pada akhir November 2012. Selama kurun waktu empat bulan itu Fany tidak menyampaikan ke publik disebabkan kedua pihak sedang menempuh upaya kekeluargaan atas perceraiannya.

Namun karena tidak kunjung ada itikat baik dari pihak sang bupati, membuat Fany dan pihak keluarga membuka kasus ini ke publik. Aceng awalnya tidak secara gamblang mengakui dirinya telah melakukan pernikahan siri. Namun setelah pemberitaan yang semakin besar akhirnya Aceng dirinya mengirimkan pesan singkat untuk bercerai dengan Fany.

Setelah ada pengakuan dari pihak Aceng, sontak pemberitaan ini menjadi meluas bahkan hingga ke tingkat pusat. Fany ngotot menginginkan Aceng menyampaikan permintaan maaf langsung kepada pihak keluarga atas perceraian tersebut.

Di saat publik mulai menyorot kasus ini, Aceng kembali berulah dengan mengeluarkan pernyataan yang kurang pantas di beberapa media cetak dan elektronik. Pernyataan ini terkait penyebab dirinya melakukan pernikahan yang berujung perceraian itu.

Aceng mengaku ditipu oleh pihak Fany. Penipuan itu berupa adanya pengakuan pihak keluarga Fany saat mau dinikahi Fany dalam kondisi masih perawan. "Saya merasa tertipu karena ternyata sudah tidak perawan," kata Aceng kala itu.

Belum selesai sampai di situ, Aceng kembali membuat pernyataan yang kurang baik ke publik. Dia mengungkapkan perceraiannya tersebut telah diselesaikan secara kekeluargaan dengan pihak Fany. Bahkan Aceng mengaku telah menggelontorkan uang sebesar Rp250 juta sebagai upaya penyelesaian kekeluargaan.

"Saya sudah keluar uang hampir habis Rp250 juta, hanya nidurin satu malam. Nidurin artis saja tidak harga segitu," kata Aceng kepada salah satu media di Jakarta.

Pernyataan itu membuat sebagian publik mengecam dan kecewa terhadap kepribadian Aceng yang tidak mencerminkan sebagai seorang pejabat daerah. Buntut dari kasus pernikahan singkat ini, Partai Golkar sebagai tempat Aceng bernaung, mengeluarkan keputusan pemecatan terhadap dirinya.

Golkar mengaku keputusan memecat Aceng itu didasari atas pelanggaran etika yang dilakukan Aceng di kasus pernikahan sirinya. "Kami sudah merekomendasikan pemecatan terhadap Aceng Fikri," jelas Wasekjen Partai Golkar, Nurul Arifin.

Usai dipecat dari Golkar, permasalahan Aceng ternyata belum selesai. Sebab atas kasus ini masyarakat Garut mulai marah dan turun ke jalan, menuntut Aceng mundur dari jabatan sebagai Bupati Garut. Namun desakan itu tidak mendapat respon positif dari DPRD Kabupaten Garut kala itu.

Menganggap tak mendapat respon dari Aceng Fikri dan DPRD, aksi unjuk rasa masyarakat Garut makin hari makin membesar. Hal ini yang kemudian menjadi perhatian khusus Presiden SBY. Bahkan Presiden sempat secara langsung meminta Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan untuk mengambil sikap dan menyelesaikan masalah ini.

Ketika bola panas ini sudah mulai menggelinding ke tingkat pusat, akhirnya Aceng merespon hal tersebut. Tepatnya pada awal Desember lalu Aceng mengunjungi dan melakukan pertemuan secara tertutup dengan pihak keluarga Fany. Padahal pada saat yang sama Aceng Fikri juga dipanggil oleh Pansus DPRD Kabupaten Garut terkait kasus tersebut.

Pertemuan Aceng Fikri dan keluarga Fany itu berujung kepada islah atau perdamaian. Saat yang bersamaan juga Fany secara langsung menyatakan mencabut laporan di Bareskrim Polri terkait pernikahan sirinya.

Namun harapan Aceng Fikri untuk menutup kasus ini dengan cara islah nampaknya sia-sia. Kasus ini ternyata terus bergulir karena Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan lebih dalam di kasus pernikahan siri Aceng Fikri ini.

Tim dari Kemendagri juga sudah melakukan pertemuan dengan Pansus DPRD Kabupaten Garut yang menangani kasus Aceng ini dan pihak keluarga Fany. Pihak Kemendagri juga sudah menerima surat dari Gubernur Jabar Ahmad Heryawan yang isinya bahwa Aceng secara jelas telah melanggar etika dan sumpah jabatan.

"Gubernur Jawa Barat juga mengakui bahwa Aceng Fikri telah melanggar sumpah dan janji jabatan. Maka berdasarkan PP No 6 tahun 2005 pasal 123 ayat (2) yang bersangkutan bisa diberhentikan," jelas Juru bicara Kemendagri Reydonnyzar Moenek.

DPRD Kabupaten Garut memutuskan untuk mengusulkan pemberhentian Aceng ke Mahkamah Agung. Keputusan itu merupakan hasil paripurna khusus Dewan pada Jumat (21/12/2012).

Keputusan pengusulan itu hasil persetujuan 45 anggota Dewan. Empat anggota tidak memberikan sikap. Keputusan ini juga hasil kesepakatan tujuh fraksi yang menyatakan Aceng melakukan pelanggaran. Satu fraksi tak bersikap yaitu PKB-Gerindra.

Mahkamah Agung siap memeriksa pemakzulan Aceng oleh DPRD Kabupaten Garut. Pemakzulan sudah diatur dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 yang telah diubah dalam Undang-undang nomor 8 tahun 2010 tentang pemerintahan daerah. Disebutkan, jika seorang pemimpin daerah sudah tidak dipercaya oleh rakyat maka DPRD bisa melakukan pemakzulan.

Biasanya ada batas waktu antara 14 hari sampai satu bulan laporan pemakzulan itu harus dikirim. Jika laporan pemakzulan dari DPRD sudah masuk ke MA, maka Ketua Muda Urusan Lingkungan Tata Usaha Negara akan membentuk majelis hakim yang akan memeriksa putusan ini.

Majelis hakim yang beranggota tiga sampai lima hakim itu akan menentukan hasil pemeriksaan laporan dalam bentuk putusan. Putusan ini hanya ada dua pilihan, yakni putusan pemakzulan Aceng sudah tepat atau tidak. Nasib Aceng di ujung tanduk.


bagaimana pendapat kalian tentang skandal yang dilakukan oleh Bupati Garut tersebut bloggers???
memprihatinkan bukan?? inilah yang harus difikirkan oleh para pejabat negara, masyarakat yang memilih mereka untuk menjadi wakil dan pemimpin mereka, dan sudah seharusnya para pemimpin yang terpilih tersebut juga mengemban amanah dari masyarakat sebaik-baiknya :)

Kamis, 20 Desember 2012

konflik sosial destruktif

PALESTINA VS ISRAEL


Agresi militer Israel terhadap Gaza yang telah memakan ratusan korban jiwa diprotes di berbagai penjuru dunia. Reaksi yang wajar karena apa yang dilakukan Israel luar biasa biadab.

Di Indonesia, beberapa ormas Islam seperti Front Pembela Islam (FPI) dan Forum Umat Islam (FUI) melancarkan demonstrasi di beberapa kota besar di Indonesia.

Hari Jumat kemarin, misalnya, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta dikerubungi ratusan massa FPI yang melakukan aksi demo menentang agresi militer Israel terhadap Gaza.

Banyak dari demonstran pendemo Israel membawa spanduk, antara lain: "Kami siap menjemput Syahid di Gaza" atau "Yahudi Laknatullah". Bahkan, pernah diberitakan bahwa beberapa ormas Islam siap mengirimkan mujahidin ke Palestina.

Melihat gencarnya demonstrasi yang dilakukan oleh ormas-ormas Islam, sepintas memang konflik Palestina seakan-akan seperti konflik antar agama. Khususnya antara agama Islam, Yahudi dan Kristen. Apalagi wilayah konflik mencakup Yerusalem yang dianggap kota suci bagi ketiga agama tersebut.

Tapi benarkah konflik Palestina merupakan konflik antar agama? Apakah ini bukan konflik politik --seperti halnya dengan bangsa Indonesia sebelum merdeka--, bangsa Palestina sedang berjuang untuk mendapatkan haknya sebagai sebuah bangsa yang merdeka?

Bukan Konflik Agama

Dalam kunjungannya pertama kali ke Jakarta di tahun 1984, almarhum Yassir Arafat mengatakan bahwa perjuangan Palestina adalah untuk "mendirikan negara Palestina yang demokratis" bagi seluruh "orang Palestina yang beragama Kristen, Yahudi dan Islam dapat hidup dengan baik dan memiliki kewajiban yang sama sebagai warga negara".

Karena pada hakekatnya masyarakat Palestina adalah masyarakat yang plural.

Perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina pun melibatkan banyak tokoh-tokoh Palestina yang bukan beragama Islam.

Beberapa dari mereka pun terlibat dalam aksi-aksi terorisme terhadap warga sipil. Wadi Haddad, misalnya, adalah orang Palestina beragama Kristen yang merupakan mastermind dari kelompok Black September.

Salah satu aksi yang paling dikenal dari kelompok tersebut adalah aksi penculikan dan pembunuhan terhadap 11 atlet Olimpiade Israel di Munich, Jerman pada tahun 1972.

Ada juga George Habash, mantan pemimpin organisasi PFLP (Front Rakyat Pembebasan Palestina) yang dicap oleh media Israel dan media barat sebagai organisasi radikal. George Habash dan PFLP pernah terlibat dalam beberapa pembajakan dan peledakan beberapa pesawat terbang sipil

Dalam dunia politik, banyak warga Palestina non-Muslim juga memiliki andil dalam perjuangan bangsa Palestina. Salah satu wajah Palestina yang paling dikenal di dunia internasional adalah perempuan Kristen Palestina bernama Hanan Ashrawi.

Selain menjadi legislator di parlemen Palestina, Hanan Ashrawi selama beberapa tahun sempat menjadi juru bicara delegasi Palestina dalam perundingan perdamaian. Ayah Hanan, Daoud Mikhail, adalah salah seorang yang ikut membidani lahirnya PLO (Organsisasi Pembebasan Palestina).

Jadi, anggapan bahwa perjuangan Palestina itu milik umat Muslim semata tidaklah benar. Apalagi jumlah warga Palestina beragama Kristen maupun Yahudi tidak sedikit.

Beberapa posisi pemerintahan seperti walikota Betlehem dan Menteri Pariwisata Palestina selalu diduduki oleh politisi Kristen.

Bahkan, sudah merupakan tradisi yang dipelihara bertahun-tahun bahwa Presiden Palestina menghadiri perayaan Natal di Betlehem setiap tahunnya untuk menghormati komunitas Kristen di Palestina.

Konfik Palestina Masalah Politik

Adalah sebuah fakta bahwa kondisi yang dialami masyarakat Palestina, khususnya dengan serangan Israel atas Gaza, sangat mengenaskan. Pendudukan Israel atas Palestina yang sudah berlangsung selama puluhan tahun telah menyengsarakan jutaan rakyat Palestina.

Pendudukan dan blokade yang dilakukan Israel atas Gaza, misalnya, mengakibatkan kemiskinan yang luar biasa bagi warga Gaza.

Tingkat pengagguran di Jalur Gaza mencapai angka lebih dari 50%. Maka, tidak heran jika mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter menyatakan bahwa pendudukan Israel atas Palestina tidak bedanya dengan kebijakan rasis Apartheid yang pernah dianut oleh pemerintah Afrika Selatan.

Namun, semua pihak juga harus berhati-hati agar konflik Palestina ini tidak digunakan untuk membangkitkan sentimen agama, apalagi jika digunakan untuk kepentingan politik kelompok tertentu.

Konflik Palestina adalah masalah politik yang harus diselesaikan melalui jalur politik dengan menggunakan koridor-koridor yang ada seperti hukum internasional, diplomasi dan organisasi-organisasi internasional.

Masyarakat umum bisa memberi tekanan kepada pemerintahnya masing-masing untuk berperan lebih aktif dalam mengupayakan perdamaian di Timur Tengah.

Memang jika diplomasi gagal dan perang tidak bisa dihindari, masyarakat dunia harus berteriak lebih kencang, agar dunia internasional di bawah bendera PBB bisa secepatnya mengirimkan Pasukan Perdamaian untuk melakukan intervensi kemanusiaan, seperti halnya yang pernah dilakukan di Lebanon dan beberapa negara Afrika.

Sudah sewajarnya, Indonesia sebagai bangsa yang mencintai kemerdekaan --termasuk hak rakyat Palestina untuk berdaulat di atas tanah airnya--, siap mengirimkan pasukan perdamaian ke Palestina.

Perjuangan bangsa Palestina sudah selayaknya mendapat dukungan. Namun perjuangan mendukung hak bangsa Palestina harus menghindari kepentingan kelompok-kelompok teroris seperti Al-Qaidah dan Jamaah Islamiyah yang kerap membajak dan menunggangi masalah Palestina untuk membenarkan tindakan-tindakan mereka.

Tindakan-tindakan semacam itu akan berakibat kontra-produktif bagi perjuangan rakyat Palestina yang memiliki harapan untuk menjadi bangsa yang berdaulat di tanahnya sendiri.

Mungkin benar kata Gus Dur: "Konflik Palestina itu soal wilayah atau kawasan, yang kemudian diangkat menjadi soal agama. Isu agama itu dipaksakan oleh kelompok-kelompok tertentu."

Kamis, 13 Desember 2012

Konflik Sosial

apa yang kalian fikirkan bila mendengar kata konflik??? pasti sudah berfikir tentang sesuatu yang buruk dsn negatif...ya, memang konflik merupakan suatu usaha untuk menyelesaikan permasalahan melalui jalur perang dan kekerasan, namun ada instruktif dan destruktif.....

berita berikut ini merupakan contoh konflik destruktif.....

Lagi 13 Tewas Dalam Kerusuhan Terbaru di Rakhine
Minggu, 12 Agustus 2012 12:21 WIB

rakhine-rohingya.jpg
The Wall Street Journal
SERAMBINEWS.COM, YANGON -  13 orang tewas dan tujuh lainnya terluka dalam kerusuhan sektarian terbaru yang terjadi sejak Ahad lalu. Kerusuhan pecah di Kyauktaw, negara bagian Rakhine, Myanmar barat.

Dalam insiden kerusuhan ini, sebanyak 332 rumah dan satu pabrik penggilingan padi luluh-lantak dibakar. 3.000 korban mendapat ekses dari kerusuhan di Kyauktaw, 128 kilometer dari Sittway, ibu kota negara bagian Rakhine, lapor Xinhua.

Kerusuhan yang diselingi aksi pembakaran paling sering terulang di kota itu, menyusul bentrokan antara etnis lokal dan warga Rakhine Bengali-Muslim di Kyauktaw. Akibatnya jam malam diberlakukan di daerah ini. Jam malam di Kyauktaw berlaku mulai 19.00-05.00 (waktu setempat), sejak Rabu (8/8/2012).

Sejak kerusuhan meningkat di Rakhine pada 8 Juni, jumlah yang tewas mencapai 90 orang tewas, 116 orang terluka dan lebih dari 65.000 orang menjadi korban, menurut angka resmi terbaru

Sosiologi Agama



Spirit Sosiologi!!!
hai bloggers...posting informasi lagi yuukkk....

kali ini saya akan membahas tentang sosiologi Agama... walaupun sosiologi merupakan ilmu yang mengkaji kemasyarakatan, namun juga erat kaitannya dengan Agama, dan Agama sendiri merupakan salah satu cabang ilmu Sosiologi,,,

mau tahu lebih jelasnya??? simak pemaparan berikut kawaannn :) 

 

A. Definisi Agama Menurut Durkheim

Definisi agama menurut Durkheim adalah suatu "sistem kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudusÉ kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal." Dari definisi ini ada dua unsur yang penting, yang menjadi syarat sesuatu dapat disebut agama, yaitu "sifat kudus" dari agama dan "praktek-praktek ritual" dari agama. Agama tidak harus melibatkan adanya konsep mengenai suatu mahluk supranatural, tetapi agama tidak dapat melepaskan kedua unsur di atas, karena ia akan menjadi bukan agama lagi, ketika salah satu unsur tersebut terlepas. Di sini dapat kita lihat bahwa sesuatu itu disebut agama bukan dilihat dari substansi isinya tetapi dari bentuknya, yang melibatkan dua ciri tadi. Kita juga akan melihat nanti bahwa menurut Durkheim agama selalu memiliki hubungan dengan masyarakatnya, dan memiliki sifat yang historis.

B. Sifat Kudus Dari Agama

Sifat kudus yang dimaksud Durkheim dalam kaitannya dengan pembahasan agama bukanlah dalam artian yang teologis, melainkan sosiologis. Sifat kudus itu dapat diartikan bahwa sesuatu yang "kudus" itu "dikelilingi oleh ketentuan-ketentuan tata cara keagamaan dan larangan-larangan, yang memaksakan pemisahan radikal dari yang duniawi." Sifat kudus ini dibayangkan sebagai suatu kesatuan yang berada di atas segala-galanya. Durkheim menyambungkan lahirnya pengkudusan ini dengan perkembangan masyarakat, dan hal ini akan dibahas nanti.
Di dalam totemisme, ada tiga obyek yang dianggap kudus, yaitu totem, lambang totem dan para anggota suku itu sendiri. Pada totemisme Australia, benda-benda yang berada di dalam alam semesta dianggap sebagai bagian dari kelompok totem tertentu, sehingga memiliki tempat tertentu di dalam organisasi masyarakat. Karena itu semua benda di dalam totemisme Australia memiliki sifat yang kudus. Pada totemisme Australia ini tidak ada pemisahan yang jelas antara obyek-obyek totem dengan kekuatan kudusnya. Tetapi di Amerika Utara dan Melanesia, kekuatan kudus itu jelas terlihat berbeda dari obyek-obyek totemnya, dan disebut sebagai mana.
Dunia modern dengan moralitas rasionalnya juga tidak menghilangkan sifat kudus daripada moralitasnya sendiri. Ciri khas yang sama, yaitu kekudusan, tetap terdapat pada moralitas rasional. Ini terlihat dari rasa hormat dan perasaan tidak bisa diganggu-gugat yang diberikan oleh masyarakat kepada moralitas rasional tersebut. Sebuah aturan moral hanya bisa hidup apabila ia memiliki sifa "kudus" seperti di atas, sehingga setiap upaya untuk menghilangkan sifat "kudus" dari moralitas akan menjurus kepada penolakan dari setiap bentuk moral. Dengen demikian, "kekudusan"-pun merupakan prasyarat bagi suatu aturan moral untuk dapat hidup di masyarakat. Ini menunjukkan bahwa "kekudusan" suatu obyek itu tidak tergantung dari sifat-sifat obyek itu an sich tetapi tergantung dari pemberian sifat "kudus" itu oleh masyarakatnya.

C. Ritual Agama

Selain daripada melibatkan sifat "kudus", suatu agama itu juga selalu melibatkan ritual tertentu. Praktek ritual ini ditentukan oleh suatu bentuk lembaga yang pasti. Ada dua jenis praktek ritual yang terjalin dengan sangat erat yaitu pertama, praktek ritual yang negatif, yang berwujud dalam bentuk pantangan-pantangan atau larangan-larangan dalam suatu upacara keagamaan, serta praktek ritual yang positif, yang berwujud dalam bentuk upacara-upacara keagamaan itu sendiri dan merupakan intinya.
Praktek-praktek ritual yang negatif itu memiliki fungsi untuk tetap membatasi antara yang kudus dan yang duniawi, dan pemisahan ini justru adalah dasar dari eksistensi "kekudusan" itu. Praktek ini menjamin agar kedua dunia, yaitu yang "kudus" dengan yang "profan" tidak saling mengganggu. Orang yang taat terhadap praktek negatif ini berarti telah menyucikan dan mempersiapkan dirinya untuk masuk ke dalam lingkungan yang kudus. Contoh dari praktek negatif ini misalnya adalah dihentikannya semua pekerjaan ketika sedang berlangsung upacara keagamaan. Adapun praktek-praktek ritual yang positif, yang adalah upacara keagamaan itu sendiri, berupaya menyatukan diri dengan keimanan secara lebih khusyu, sehingga berfungsi untuk memperbaharui tanggung-jawab seseorang terhadap ideal-ideal keagamaan.

D. Hubungan Antara Agama Dengan Kondisi Masyarakat

Di atas tadi sudah dijelaskan bahwa agama dan masyarakat memiliki hubungan yang erat. Di sini perlu diketahui bahwa itu tidak mengimplikasikan pengertian bahwa "agama menciptakan masyarakat." Tetapi hal itu mencerminkan bahwa agama adalah merupakan implikasi dari perkembangan masyarakat. Di dalam hal ini agama menurut Durkheim adalah sebuah fakta sosial yang penjelasannya memang harus diterangkan oleh fakta-fakta sosial lainnya.
Hal ini misalnya ditunjukkan oleh penjelasan Durkheim yang menyatakan bahwa konsep-konsep dan kategorisasi hierarkis terhadap konsep-konsep itu merupakan produk sosial. Menurut Durkheim totemisme mengimplikasikan adanya pengklasifikasian terhadap alam yang bersifat hierarkis. Obyek dari klasifikasi seperti "matahari", "burung kakatua", dll., itu memang timbul secara langsung dari pengamatan panca-indera, begitu pula dengan pemasukkan suatu obyek ke dalam bagian klasifikasi tertentu. Tetapi ide mengenai "klasifikasi" itu sendiri tidak merupakan hasil dari pengamatan panca-indera secara langsung. Menurut Durkheim ide tentang "klasifikasi yang hierarkis" muncul sebagai akibat dari adanya pembagian masyarakat menjadi suku-suku dan kelompok-kelompok analog.
Hal yang sama juga terjadi pada konsep "kudus". Konsep "kudus" seperti yang sudah dibicarakan di atas tidak muncul karena sifat-sifat dari obyek yang dikuduskan itu, atau dengan kata lain sifat-sifat daripada obyek tersebut tidak mungkin bisa menimbulkan perasaan kekeramatan masyarakat terhadap obyek itu sendiri. Dengan demikian, walaupun di dalam buku Giddens tidak dijelaskan penjelasan Durkheim secara rinci mengenai asal-usul sosial dari konsep "kekudusan', tetapi dapat kita lihat bahwa kesadaran akan yang kudus itu, beserta pemisahannya dengan dunia sehari-hari, menurut Durkheim dari pengatamannya terhadap totemisme, dilahirkan dari keadaan kolektif yang bergejolak. Upacara-upacara keagamaan, dengan demikian, memiliki suatu fungsi untuk tetap mereproduksi kesadaran ini dalam masyarakat. Di dalam suatu upacara, individu dibawa ke suatu alam yang baginya nampak berbeda dengan dunia sehari-hari. Di dalam totemisme juga, di mana totem pada saat yang sama merupakan lambang dari Tuhan dan masyarakat, maka Durkheim berpendapat bahwa sebenarnya totem itu, yang merupakan obyek kudus, melambangkan kelebihan daripada masyarakat dibandingkan dengan individu-individu.
Hubungan antara agama dengan masyarakat juga terlihat di dalam masalah ritual. Kesatuan masyarakat pada masyarakat tradisional itu sangat tergantung kepada conscience collective (hati nurani kolektif), dan agama nampak memainkan peran ini. Masyarakat menjadi "masyarakat" karena fakta bahwa para anggotanya taat kepada kepercayaan dan pendapat bersama. Ritual, yang terwujud dalam pengumpulan orang dalam upacara keagamaan, menekankan lagi kepercayaan mereka atas orde moral yang ada, di atas mana solidaritas mekanis itu bergantung. Di sini agama nampak sebagai alat integrasi masyarakat, dan praktek ritual secara terus menerus menekankan ketaatan manusia terhadap agama, yang dengan begitu turut serta di dalam memainkan fungsi penguatan solidaritas.
Agama juga memiliki sifatnya yang historis. Menurut Durkheim totemisme adalah agama yang paling tua yang di kemudian hari menjadi sumber dari bentuk-bentuk agama lainnya. Seperti misalnya konsep kekuatan kekudusan pada totem itu jugalah yang di kemudian hari berkembang menjadi konsep dewa-dewa, dsb. Kemudian perubahan-perubahan sosial di masyarakat juga dapat merubah bentuk-bentuk gagasan di dalam sistem-sistem kepercayaan. Ini terlihat dalam transisi dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern, di mana diikuti perubahan dari "agama" ke moralitas rasional individual, yang memiliki ciri-ciri dan memainkan peran yang sama seperti agama.

E. Moralitas Individual Modern

Transisi dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern --yang melibatkan pembagian kerja yang semakin kompleks-- seperti yang telah disebutkan di atas melibatkan adanya perubahan otoritas moral dari agama ke moralitas individual yang rasional. Walaupun begitu, moralitas individual itu, seperti yang juga telah disebutkan di atas, menyimpan satu ciri khas dari agama yaitu "kekudusan". Moralitas individual itu memiliki sifat kudus, karena moralitas itu hanya bisa hidup apabila orang memberikan rasa hormat kepadanya dan menganggap bahwa hal itu tidak bisa diganggu-gugat. Dan ini merupakan suatu bentuk "kekudusan" yang dinisbahkan oleh masyarakat kepada moralitas individual tersebut.
Durkheim menyebutkan bahwa sumber dari moralitas individual yang modern ini adalah agama Protestan. Demikian pula Revolusi Perancis telah mendorong tumbuhnya moralitas individual itu. Di sini perlu ditekankan bahwa moralitas individual tidak sama dengan egoisme. Moralitas individual, yang menekankan "kultus individu" tidak muncul dari egoisme, yang tidak memungkinkan bentuk solidaritas apapun. Adanya anggapan bahwa moralitas individual itu berada di atas individu itu sendiri, sehingga pantas untuk ditaati (sifat kudus dari moralitas individual), menunjukkan perbedaan antara moralitas individual dengan egoisme. Contoh konkrit dari hal ini adalah dalam bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menekankan penelitian bebas yang merupakan salah satu bagian dari moralitas individual, tetapi ia tidak mengikutsertakan suatu bentuk anarki, suatu penelitian ilmiah dengan kebebasan penelitiannya justru hanya bisa berlangsung dalam kerangka peraturan-peraturan moral, seperti rasa hormat terhadap pendapat-pendapat orang lain dan publikasi hasil-hasil penelitian serta tukar menukar informasi.
Dengan demikian, otoritas moral dan kebebasan individual sebenarnya bukanlah dua hal yang saling berkontradiksi. Seseorang, yang pada hakekatnya adalah juga mahluk sosial, hanya bisa mendapatkan kebebasannya melalui masyarakat, melalui keanggotaannya dalam masyarakat, melalui perlindungan masyarakat, melalui pengambilan keuntungan dari masyarakatnya, yang berarti juga mengimplikasikan subordinasi dirinya oleh otoritas moral. Menurut Durkheim, tidak ada masyarakat yang bisa hidup tanpa aturan yang tetap, sehingga peraturan moral adalah syarat bagi adanya suatu kehidupan sosial. Di dalam hal ini, disiplin atau penguasaan gerak hati, merupakan komponen yang penting di dalam semua peraturan moral. Bagaimanakah dengan sisi egoistis manusia yang tidak bisa dilepaskan dari diri manusia yang diakui oleh Durkheim sendiri? Setiap manusia memang memulai kehidupannya dengan dikuasai oleh kebutuhan akan rasa yang memiliki kecenderungan egoistis. Tetapi egoisme yang menjadi permasalahan kebanyakan adalah bukan egoisme jenis ini, melainkan adalah keinginan-keinginan egoistis yang merupakan produk sosial, yang dihasilkan oleh masyarakat. Individualisme masyarakat modern, sebagai hasil perkembangan sosial, pada tingkat tertentu merangsang keinginan-keinginan egoistis tertentu dan juga merangsang anomi. Hal ini dapat diselesaikan dengan konsolidasi moral dari pembagian kerja, melalui bentuk otoritas moral yang sesuai dengan individualisme itu sendiri, yaitu moralitas individual. Dari sini dapat dikatakan bahwa moralitas individual yang rasional itu dapat dijadikan sebagai otoritas pengganti agama pada masyarakat modern.
Sumber Acuan:
Anthony Giddens, Kapitalisme dan teori sosial modern: suatu analisis karya-tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, diterjemahkan oleh Soeheba Kramadibrata, Jakarta: UI-Press, 1986. 
 
 
yaaaaa...bagaimana bloggers??? menarik bukan?? jadi, selain mempelajari tentang hubungan sosial masyarakat, sosiologi juga erat kaitannya dengan Agama dan hal-hal yang berbau religius... semoga bermanfaat ;)

Selasa, 11 Desember 2012

Tokoh-Tokoh Sosiologi

 
assalammu'alaikum bloggers...saya mau ngenalin orang-orang bersejarah nan hebat yang sangat berpengaruh besar terhadap kemajuan ilmu Sosiologi...mari merapat...
beliau-beliau ini adalah...............
  
1. Auguste Marie Francois Xavier Comte
Auguste Comte merupakan seorang tokoh brilian yang disebut sebagai peletak dasar sosiologi. Comte melihat dari hasil revolusi prancis cenderung kearahreorganisasi masyarakat seraca besar-besaran. Menurutnya, reorganisasi masyarakat hanya dapat berhasil jika ada orang mengembangkan cara berpikir yang barutentang masyarakat .Comte memperkenalkan metode positif,yaitu hukum mengenai urutangejala-gejala sosial. Dia memperkenalkan hukum tiga stadia (tahap). Isi hukum tigastadia
(tahap), yaitu :
a) T a h a p  T e o l o g i 
     Pada tahap ini orang lebih suka dengan pertanyaan yang tidak dapat dipecahkan,yaitu    tentang hal-hal yang tak dapat diamati.
 b)T a h a p  M e t a f i s i k 
     Pada tahap ini jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sama dicari jawabannya pada hal-hal abstrak yang diibaratkan sebagai esensi dan eksistensi.
c) T a h a p  P o s i t i f 
    Pada tahap ini manusia mulai mencari jawaban yang tak bersifat mutlak



2. Emile Durkheim
 Durkheim merupakan salah seorang peletak dasar-dasar sosiologimodern.Durkheim terpengaruh oleh tradisi para pemikir bangsa Perancis dan Jerman. Dalam karya besarnya yang pertama,Durkheim membahas masalah pembagian kerja yang berfungsi untuk meningkatkan solidaritasDurkheim membagi 2 tipe solidaritas
a)Solidaritas Mekanis
   Tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan.bisa dijumpai pada masyarakatyang masih sederhana dan mempunyai strktur sosial yang segmenter(terbagi)
b)Solidaritas Organis
   Merupakan sistem terpadu pada organisme yang didasarkan atas keragamanfungsi-fungsi demi kepentingan keseluruhan.Setiap organ memiliki ciri nyamasing-masing dan tak bisa diambil oleh organ lain.


3. Karl Max
 Karl Max lebih dikenal sebagai tokoh sejarah ekonomi daripada seorang
  perintis sosiologi.Ahli filsafat dan aktivis ini mengembangkan teori mengenaisosialisme yang kemudian hari dikenal dengan nama
“Marxisme”
Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas.Menurut Marx,perkembangan pembagian kerja dalam ekonomi kapitalisme menumbuhkan 2 kelas berbeda,yaitu:
a)Kaum Borjuis(kaum kapitalis)
   Adalah kelas yang terdiri dari orang-orang yang menguasai alat-alat produksi danmodal.
b)Kaum Proleta
   Adalah kelas yang terdiri dari orang-orang yang tidak mempunyai alat produksi  dan modal sehingga dieksploitasi untuk kepentingan kapitalis.


4. Herbert Spencer 
Menurut Herbert Spencer,fakta pertama yang penting dalam prosesevolusi sosial adalah peningkatan jumlah penduduk.Pertumbuhan ini tergantung
 
 pada persediaan makanan dan kesempatan-kesempatan yang disajikan oleh alam.Spencer membagi 3 aspek dalam proses evolusi, yaitu;
diferensiasi struktural spesialisasi fungsional dan intergarasi yang meningkat 
.Lalu,Spencer membagi struktur,bagian,atau sistem yang timbul dalam evolusi masyarakatmenjadi 3,yaitu:
a)Sistem penopan
   Berfungsi untuk mencukupi keperluan-keperluan bagi ketahanan hidup anggotamasyarakat
b)Sistem pengatur 
   Berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan dengan masyarakat lainnya danmengatur hubungan-hubungan yang terjadi dia antara anggota.
c)Sistem pembagi(distributif)
    berfungsi mengangkut barang dari satu sistem ke sistem lainnya .Spencer membagi 3 tahap-tahap dalam proses evolusi sosial dengan tipe-tipemasyarakat,yaitu:
a)Tipe masyarakat primitif 
   Dalam masyarakat primitif boleh dikatakan belum ada diferensiasi dan spesialisasifungsional.Pembagisan kerja masih sedikit pada tipe ini.
b)Tipe masayarakat militan
   Pada tipe masyarakat ini,heterogenitas sudah mulai meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk atau karena penaklukan.Hal terpenting ialahkoordinasi tugas-tugas yang dikhususkan,dilakukan dengan paksaan.
c)Tipe masyarakat industri 
   Masyarakat industri bercirikan suatu tingkat kompleksitas yang sangat tinggi,yangtidak lagi dikendalikan oleh kekuasaan negara.Sebagai penggantinya,masyarakatmengendalikan diri sendiri,seperti hak menentukan diri sendiri,kerjasama sukarela,dan keseimbangan berbagai kepentingan.


5.  Max Weber 
 Max Weber menyatakan bahwa yang dipelajari sosiologi adalah tindakan sosial.Suatu tindakan manusia disebut tindakan sosial apabila tindakan inidihubungkan dengan tingkah laku orang lain dan diorientasikan kepada apa yang terjadi sesudah nya
Tindakan sosial juga merupakan kegiatan individu dan tidah pernahmerupakan kegiatanr menyebut kan dengan istilah bangunansosial, seperti kegiatan negara,perkumpulan,dan perusahaan.DDalam satu buku nya yang terkenal,
The Protestant Ethic and The Spririt of Capitali
ia     mengemukakan pendapatnya yang terkenal mengenaiketerkaitan etika Protestant dengan munculnya kapitalisme.menurut Weber,munculdan berkembangnya kapitalisme berlangsung bersamaan dengan perkembangan
 sekte kalvinisme
dalam agama Protestant
naaaahhh,,,,5 orang tadi adalah tokoh tokoh di balik lahirnya perkembangan ilmu Sosiologi kawan.. masih banyak tokoh yang lain... :D

Bapak Sosiologi Indonesia

 
selamat pagi bloggers... pada postingan kali ini saya ingin membahas tentang bapak sosiologi Indonesia, setelah kemarin saya memperkenalkan kalian dengan bapak sosiologi dunia Mr. Auguste Comte :)

beliau adalah Bapak Selo Soemardjan..... bagaimana sih profil dan perjalanan karir beliau? mari kita simak bersama.... check this ouuuttttt ;)


Selo Soemardjan
 
 
Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah ini adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan setia menjadi dosen sosiologidi Fakultas HukumUniversitas Indonesia (UI).Ia dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan konkret. Ia ilmuwan yangmeninggalkan banyak bekal ilmu pengetahuan. Sebetulnya ia sudah purnatugas diUniversitas Indonesia (UI). Tapi, karena masih dibutuhkan, ia tetap mengajar dengansemangat tinggi. Ia memang seorang sosok berintegritas, punya komitmen sosial yangtinggi dan sulit untuk diam.Ia orang yang tidak suka memerintah, tetapi memberi teladan. Hidupnya lurus, bersih,dan sederhana. Ia tokoh yang memerintah dengan teladan, sebagaimana diungkapkan pengusaha suksesSoedarpo Sastrosatomo. Menurut Soedarpo, integritas itu pula yangmembuat mendiangSultan Hamengku Buwono IXberpesan kepada putranya, SultanHamengku Buwono X agar selalu mendengarkan dan meminta nasihat kepada Selo kalaumenyangkut persoalan sosial kemasyarakatan. Ia orang yang tidak pernah berhenti berpikir dan bertindak.Ia seorang dari sedikit orang yang sangat pantas menyerukan hentikan praktik korupsi,kolusidannepotisme(KKN). Pantas karena ia bukan tipe maling teriak maling. Ia orang orang bersih yang dengan perangkat ilmu dan keteladanannya bisa menunjukkan bahwa praktik KKN itu merusak tatanan sosial. Ia pantas menjadi teladan kaum birokrat karenaetos kerjanya yang tinggi dalam mengabdi kepada masyarakat.Selama hidupnya, Selo pernah berkarier sebagai pegawai Kesultanan/PemerintahDaerahIstimewa Yogyakarta, Kepala Staf Sipil Gubernur Militer Jakarta Raya, dan Kepala Sekretariat Staf Keamanan Kabinet Perdana Menteri, Kepala Biro III Sekretariat Negaramerangkap Sekretaris Umum Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretaris Wakil Presiden RISultan Hamengku Buwono IX (1973-1978), Asisten Wakil Presiden UrusanKesejahteraan Rakyat (1978-1983) dan staf ahli Presiden HM Soeharto.Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah tahun 1959 -- seusai meraih gelar doktornya di Cornell University, AS -- mengajar sosiologi di Universitas Indonesia (UI).Dialah pendiri sekaligus dekan pertama (10 tahun) Fakultas Ilmu PengetahuanKemasyarakatan (sekarang FISIP) UI. Kemudian tanggal 17 Agustus 1994, ia menerimaBintang Mahaputra Utamadari pemerintah dan pada tanggal 30 Agustus menerima gelar ilmuwan utama sosiologi.Pendiri FISIP UI ini, memperoleh gelar  profesor dari Fakultas Ekonomi UI dan sampaiakhir hayatnya justeru mengajar di Fakultas Hukum UI.

Ia dibesarkan di lingkungan abdi dalem Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Kakeknya,Kanjeng Raden Tumenggung Padmonegoro, adalah pejabat tinggi di kantor KasultananYogyakarta. Berkat jasa sang kakek, Soemardjan- begitu nama aslinya-mendapat pendidikan Belanda. Nama Selo dia peroleh setelah menjadi camat di Kabupaten Kulonprogo. Ini memang cara khusus Sultan Yogyakarta membedakan nama pejabat sesuai daerahnya masing-masing. Saat menjabat camat inilah ia merasa mengawali kariernya sebagai sosiolog."Saya adalah camat yang mengalami penjajahanBelanda, masuknyaJepang, dilanjutkan dengan zaman revolusi. Masalahnya banyak sekali," tuturnya suatu ketika sebagaimanaditulis Kompas.Pengalamannya sebagai camat membuat Selo menjadi peneliti yang mampumenyodorkan alternatif pemecahan berbagai persoalan sosial secara jitu. Ini pula yangmembedakan Selo dengan peneliti lain.MendiangBaharuddin Lopa dalam salah satu tulisannya di Kompas (1993) menulis, "Pak  Selo menggali ilmu langsung dari kehidupan nyata. Setelah diolah, dia menyampaikankembali kepada masyarakat untuk dimanfaatkan guna kesejahteraan bersama." Lopamenilai Selo sebagai dosen yang mampu mendorong mahasiswanya berpikir realistis danmengerti serta menghayati apa yang diajarkannya. "Pendekatan realistis dan turun ke bawah untuk mengetahui keadaan sosial yang sesungguhnya inilah yang dicontohkan juga oleh para nabi dan kalifah," tulis Lopa.Meski lebih dikenal sebagai guru besar, Selo jauh dari kesan orang yang suka"mengerutkan kening". Di lingkungan keluarga dan kampus, dia justru dikenal sebagaiorang yang suka melucu dan kaya imajinasi, terutama untuk mengantar mahasiswanya pada istilah-istilah ilmu yang diajarkannya. "Kalau menjelaskan ilmu ekonomi mudahdimengerti karena selalu disertai contoh-contoh yang diambil dari kehidupan nyatamasyarakat," kenang Baharuddin Lopa.Dalam tulisan Lopa, Selo juga digambarkan sebagai orang yang bicaranya kocak, tetapimudah dimengerti karena memakai bahasa rakyat. Meski kata-katanya mengandungkritikan, karena disertai humor, orang menjadi tidak tegang mendengarnya.Menurut putra sulungnya, Hastjarjo, Selo suka main. "Setiap hari selalu memainkantubuhnya berolahraga senam. Karena terkesan lucu, cucu-cucu menganggap bapak sedang bermain-main dengan tubuhnya," tambahnya.Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah Social Changes inYogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian terakhir Selo berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima Anugerah HamengkuBuwono (HB) IX dariUniversitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies  Natalis Ke-52 UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana,dan sejumlah uang.
itu tadi cerita singkat tentang Bapak Selo Soemardjan teman-teman...sudah hafal sama wajahnya kan ya??? nggak asing kok..soalnya beliau sering ada di setiap gambar-gambar bersejarah tokoh Indonesia :)

Rabu, 05 Desember 2012

Bapak Sosiologi Dunia

bloggers...seperti cabang ilmu sosial lain, sosiologi juga memiliki bapak loh..bapak yang sangat berjasa atas lahirnya bidang ilmu sosial kita tercinta ini...bapak sosiologi ini adalah seseorang yang luar biasa...beliau adalah "AUGUST COMTE"

yuk kita kenalan dengan ayah kita satu ini....


Auguste Comte (1798 – 1857)



Comte lahir di kota Monpellier Perancis, berasal dai latar belakan keluarga kelas menengah. Orang tua Comte adalah pegawai kerajaan yang menganut Katolik, istri Comte adalah bekas pelacur. Meskipun belajar di politeknik dia juga tertarik pada ilmu sosial.

Auguste Comte adalah orang Prancis. Dialah yang pertama kali memberi nama ilmu sosiologi, yaitu socius: masyarakat dan logos: ilmu. Comte lahir di Monpellier, Prancis tahun 1798. Sebenarnya Comte belum mengajukan secara rinci apa yang menjadi pembahasan sosiologi. Namun, dia mengajukan dua bagian pokok, yaitu social statistic dan social dynamics.

Social statistic:
sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Social dynamics:
bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang waktu.

Comte mengajukan tiga tahap perkembangan masyarakat yang dapat disebut hukum tiga tahap, yaitu:
teologis, metafisik, dan positif. Tahap-tahap perkembangan ini didasarkan pada cara berpikir masyarakat. Cara berpikir yang berbeda-beda ini berpengaruh pada pola kelembagaan dan organisasi sosial masyarakat. Jadi, watak struktur sosial masyarakat tergantung pada pandangan dunia atau cara mengenal dan menjelaskan gejala yang dominan.

Penjelasan Comte mengenai tiga tahap perkembangan pikiran manusia adalah:


Teologis
Tingkat pemikiran manusia di mana ia memahami bahwa semua gejala di dunia ini disebabkan oleh hal-hal supernatural. Cara pandang seperti ini tidak dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan.


Comte membagi tahap ini menjadi tiga periode, yaitu fetisisme (percaya pada kekuatan benda-benda), politeisme (percaya pada banyak dewa), dan monoteisme (percaya pada satu kekuatan tertinggi).



Metafisik
Ini hanya merupakan bentuk lain dari tahap yang pertama. Bedanya, kalau yang pertama akal budi mengandaikan yang supernatural secara absolut, tahap metafisik mengandaikan adanya kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang benar-benar nyata melekat pada semua benda dan mampu menghasilkan gejala-gejala yang ada di dunia. Dalam tahap ini, manusia belum berusaha untuk mencari sebab serta akibat dan gejala-gejala.


Positif
Tahap ini mengandaikan manusia sudah dapat berpikir secara ilmiah. Akal budi manusia tidak lagi memusatkan perhatian pada pengertian-pengertian absolut, asal dan tujuan alam semesta. Tapi memusatkan perhatian pada studi tentang hukum-hukumnya yang tidak berubah. Sarana-sarana pengetahuan ini adalah penggabungan antara penalaran dan pengamatan secara empiris.


Beberapa karya penting Auguste Comte:
The scientific labors necessary for the recognition of society (1822)

The positive philosophy (1830-1840), karya ini terdiri dari 6 jilid
Subjective synthesis (1820-1803)


 Tokoh yang mempengaruhi pemikirannya adalah Saint Simon. Comte dikenal sebagai Bapak Sosiologi (the Founding Father of Sociology).


bagaimana teman-teman? sudah tau kan siapa pak August Comte itu...hebat banget ya beliau? semoga semua jasa-jasanya terhadap para penerus bangsa khususnya dalam bidang ilmu sosiologi dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan semakin memajukan keberadaan ilmu sosial di dunia..... Aamiin :)

Selasa, 04 Desember 2012

perkembangan sosiologi saat ini

seperti bidang ilmu lainnya, sosiologi juga memiliki masa evolusi nih...seperti yang dibilang pak Herbert Spencer itu tuh...hihihi...

oke..kita lihat yuk bagaimana perkembangan sosiologi saat ini.....cekidootttttt...

Sejarah Perkembangan Sosiologi
 
Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif muda yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang “evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya “Dynamic Sociology” dalam tahun 1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial yang cerdik yang harus diarahkan oleh para sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi. Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama ia merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang bunuh diri.
Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an. The American Journal of Sociology memulai publikasinya pada thun 1895 dan The American Sociological Society (sekarang bernama American Sociological Association) diorganisasikan dalam tahun 1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula berasal dari para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik atau filsafat.
Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan masalah sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari solusinya. Mereka melihat sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya edisi awal American Journal of Sociology isinya hanya sedikit yang mengandung artikel atau riset ilmiah, tetapi banyak berisi tentang peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai contoh suatu artikel yang terbit di tahun 1903 berjudul “The Social Effect of The Eight Hour Day” tidak mengandung data faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi pada manfaat sosial dari hari kerja yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi artikel riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah dengan teorinya yang didasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka mengajak agar para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan mengklasifikasikan data yang nyata, dan dari kenyataan itu disusun teori sosial yang baik. 


Sosiologi dan Pengetahuan
 
Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang paling mulia. Sejak lahir Tuhan mengkaruniai manusia akal budi. Akal budi diciptakan untuk berfikir, berkehendak, dan merasa. Dengan fikirannya manusia mendapatkan (ilmu) pengetahuan; dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya; dan dengan perasaannya manusia dapat mencapai kesenangan.

Sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dinamakan logika. Logika merupakan ajaran yang menunjukkan bagaimana manusia berfikir secara tepat dengan berpedoman pada ide kebenaran. Ketika kita sudah mengetahui batasan sosiologi, pertanyaan yang muncul kemudian ialah apakah sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan?
Kalau para pelopor sosiologi, sejak dahulu tentunya menganggap bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan. Namun benarkah demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini, tentunya kita harus mengetahui dahulu apa yang disebut sebagai ilmu pengetahuan?
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, dan pengertahuan itu dapat dikontrol oleh orang lain atau umum (obyektif). Atau ilmu pengetahuan bisa dirumuskan apabila memiliki beberapa elemen (unsur) yang menjadi suatu kebulatan, yaitu :

 1. pengetahuan (knowledge)
 2. tersusun secara sistematis 
 3. menggunakan pemikiran
 4. bersifat obyektif (dapat dikontrol secara kritis oleh umum)
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Misalnya : pengetahuan jenis-jenis kain, pengetahuan mengenai bebauan minyak wangi, pengetahuan mengenai cara pembuatan tempe.
Sistematis berarti berdasarkan urutan unsur-unsur yang merupakan satu kebulatan, sehingga akan jelas apa yang merupakan garis besar dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun sistematis saja yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistem tadi merupakan suatu konstruksi yang abstrak dan teratur sehingga merupakan keseluruhan yang terangkai.
Menggunakan pemikiran : ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis (obyektif).
Apabila sosiologi memenuhi rumusan-rumusan di atas maka sosiologi merupakan suatu ilmu sejauh sosiologi mengembangkan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang didasarkaan pada penelitian ilmiah. Sejauh sosiologi meninggalkan mitos, dongeng dan angan-angan, dan mendasarkan kesimpulannya pada bukti-bukti ilmiah maka sosiologi adalah suatu ilmu. Bila ilmu didefinisikan sebagai suatu metode penelaahan, maka sosiologi adalah suatu ilmu sejauh sosiologi menggunakan metode penelaahan ilmiah.
Ilmu Pengetahuan sendiri dikelompokkan dalam 2 (dua) macam :
1. Ilmu Pengetahuan murni (pure science).
Ilmu pengetahuan murni bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, untuk mempertinggi mutunya, tanpa menggunakannya langsung dalam masyarakat. Misalnya : seorang ahli fisika bukanlah membuat jembatan, ahli kimia bukanlah membuat obat, juga ahli sosiologi hanya mengemukakan pendapatnya yang berguna bagi pembentuk undang-undang, birokrat, petugas administrasi, guru-guru, diplomat dan lain sebagainya akan tetapi mereka tidak akan menentukan secara langsung apa yang dikerjakan oleh petugas-petugas tersebut.
Sosiologi bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin dapat dipergunakan untuk mememecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Akan tetapi itu bukan berarti bahwa sosiologi tidak berguna bagi masyarakat.
2. Ilmu Pengetahuan Terapan (applied science)
Ilmu pengetahuan terapan merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut dalam masyarakat.
Misalnya : ilmu pengetahuan tentang berbagai seni, sebagaian besar dipergunakan dan diterapkan langsung.



begitulah perkembangan sosiologi kita saat ini bloggers....menarik kan? haha..itu sebabnya saya cinta sosiologi ^_^