Pages

Blogroll

About

Blogger templates

Blogger news

Selasa, 11 Desember 2012

Bapak Sosiologi Indonesia

 
selamat pagi bloggers... pada postingan kali ini saya ingin membahas tentang bapak sosiologi Indonesia, setelah kemarin saya memperkenalkan kalian dengan bapak sosiologi dunia Mr. Auguste Comte :)

beliau adalah Bapak Selo Soemardjan..... bagaimana sih profil dan perjalanan karir beliau? mari kita simak bersama.... check this ouuuttttt ;)


Selo Soemardjan
 
 
Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah ini adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan setia menjadi dosen sosiologidi Fakultas HukumUniversitas Indonesia (UI).Ia dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan konkret. Ia ilmuwan yangmeninggalkan banyak bekal ilmu pengetahuan. Sebetulnya ia sudah purnatugas diUniversitas Indonesia (UI). Tapi, karena masih dibutuhkan, ia tetap mengajar dengansemangat tinggi. Ia memang seorang sosok berintegritas, punya komitmen sosial yangtinggi dan sulit untuk diam.Ia orang yang tidak suka memerintah, tetapi memberi teladan. Hidupnya lurus, bersih,dan sederhana. Ia tokoh yang memerintah dengan teladan, sebagaimana diungkapkan pengusaha suksesSoedarpo Sastrosatomo. Menurut Soedarpo, integritas itu pula yangmembuat mendiangSultan Hamengku Buwono IXberpesan kepada putranya, SultanHamengku Buwono X agar selalu mendengarkan dan meminta nasihat kepada Selo kalaumenyangkut persoalan sosial kemasyarakatan. Ia orang yang tidak pernah berhenti berpikir dan bertindak.Ia seorang dari sedikit orang yang sangat pantas menyerukan hentikan praktik korupsi,kolusidannepotisme(KKN). Pantas karena ia bukan tipe maling teriak maling. Ia orang orang bersih yang dengan perangkat ilmu dan keteladanannya bisa menunjukkan bahwa praktik KKN itu merusak tatanan sosial. Ia pantas menjadi teladan kaum birokrat karenaetos kerjanya yang tinggi dalam mengabdi kepada masyarakat.Selama hidupnya, Selo pernah berkarier sebagai pegawai Kesultanan/PemerintahDaerahIstimewa Yogyakarta, Kepala Staf Sipil Gubernur Militer Jakarta Raya, dan Kepala Sekretariat Staf Keamanan Kabinet Perdana Menteri, Kepala Biro III Sekretariat Negaramerangkap Sekretaris Umum Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretaris Wakil Presiden RISultan Hamengku Buwono IX (1973-1978), Asisten Wakil Presiden UrusanKesejahteraan Rakyat (1978-1983) dan staf ahli Presiden HM Soeharto.Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah tahun 1959 -- seusai meraih gelar doktornya di Cornell University, AS -- mengajar sosiologi di Universitas Indonesia (UI).Dialah pendiri sekaligus dekan pertama (10 tahun) Fakultas Ilmu PengetahuanKemasyarakatan (sekarang FISIP) UI. Kemudian tanggal 17 Agustus 1994, ia menerimaBintang Mahaputra Utamadari pemerintah dan pada tanggal 30 Agustus menerima gelar ilmuwan utama sosiologi.Pendiri FISIP UI ini, memperoleh gelar  profesor dari Fakultas Ekonomi UI dan sampaiakhir hayatnya justeru mengajar di Fakultas Hukum UI.

Ia dibesarkan di lingkungan abdi dalem Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Kakeknya,Kanjeng Raden Tumenggung Padmonegoro, adalah pejabat tinggi di kantor KasultananYogyakarta. Berkat jasa sang kakek, Soemardjan- begitu nama aslinya-mendapat pendidikan Belanda. Nama Selo dia peroleh setelah menjadi camat di Kabupaten Kulonprogo. Ini memang cara khusus Sultan Yogyakarta membedakan nama pejabat sesuai daerahnya masing-masing. Saat menjabat camat inilah ia merasa mengawali kariernya sebagai sosiolog."Saya adalah camat yang mengalami penjajahanBelanda, masuknyaJepang, dilanjutkan dengan zaman revolusi. Masalahnya banyak sekali," tuturnya suatu ketika sebagaimanaditulis Kompas.Pengalamannya sebagai camat membuat Selo menjadi peneliti yang mampumenyodorkan alternatif pemecahan berbagai persoalan sosial secara jitu. Ini pula yangmembedakan Selo dengan peneliti lain.MendiangBaharuddin Lopa dalam salah satu tulisannya di Kompas (1993) menulis, "Pak  Selo menggali ilmu langsung dari kehidupan nyata. Setelah diolah, dia menyampaikankembali kepada masyarakat untuk dimanfaatkan guna kesejahteraan bersama." Lopamenilai Selo sebagai dosen yang mampu mendorong mahasiswanya berpikir realistis danmengerti serta menghayati apa yang diajarkannya. "Pendekatan realistis dan turun ke bawah untuk mengetahui keadaan sosial yang sesungguhnya inilah yang dicontohkan juga oleh para nabi dan kalifah," tulis Lopa.Meski lebih dikenal sebagai guru besar, Selo jauh dari kesan orang yang suka"mengerutkan kening". Di lingkungan keluarga dan kampus, dia justru dikenal sebagaiorang yang suka melucu dan kaya imajinasi, terutama untuk mengantar mahasiswanya pada istilah-istilah ilmu yang diajarkannya. "Kalau menjelaskan ilmu ekonomi mudahdimengerti karena selalu disertai contoh-contoh yang diambil dari kehidupan nyatamasyarakat," kenang Baharuddin Lopa.Dalam tulisan Lopa, Selo juga digambarkan sebagai orang yang bicaranya kocak, tetapimudah dimengerti karena memakai bahasa rakyat. Meski kata-katanya mengandungkritikan, karena disertai humor, orang menjadi tidak tegang mendengarnya.Menurut putra sulungnya, Hastjarjo, Selo suka main. "Setiap hari selalu memainkantubuhnya berolahraga senam. Karena terkesan lucu, cucu-cucu menganggap bapak sedang bermain-main dengan tubuhnya," tambahnya.Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah Social Changes inYogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian terakhir Selo berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima Anugerah HamengkuBuwono (HB) IX dariUniversitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies  Natalis Ke-52 UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana,dan sejumlah uang.
itu tadi cerita singkat tentang Bapak Selo Soemardjan teman-teman...sudah hafal sama wajahnya kan ya??? nggak asing kok..soalnya beliau sering ada di setiap gambar-gambar bersejarah tokoh Indonesia :)

0 komentar:

Posting Komentar